Kisah Nyata tentang Keajaiban Ayat Kursi di Amerika


Ini kisah nyata dari Amerika (US) tahun 2006. Pengalaman nyata seorang muslimah asal Asia yang mengenakan jilbab. Suatu hari muslimah ini berjalan pulang dari bekerja dan agak kemalaman. Suasana jalan sepi. Ia melewati jalan pintas.Di ujung jalan pintas itu, dia melihat ada sosok pria Kaukasian. Ia menyangka pria itu seorang warga Amerika. Tapi perasaan wanita ini agak was-was karena sekilas raut pria itu agak mencurigakan seolah ingin mengganggunya.

Dia berusaha tetap tenang dan membaca kalimah Allah. Kemudian dia lanjutkan dengan terus membaca Ayat Kursi berulang-ulang seraya sungguh-sungguh memohon perlindungan Allah SWT. Ia tidak mempercepat langkahnya. Ketika ia melintas di depan pria berkulit putih itu, ia tetap berdoa. Sekilas ia melirik ke arah pria itu. Orang itu asyik dengan rokoknya, dan seolah tidak mempedulikannya.

Keesokan harinya, wanita itu melihat berita kriminal, seorang wanita melintas di jalan yang sama dengan jalan yang ia lintasi semalam. Dan wanita itu melaporkan pelecehan seksual yang dialaminya di lorong gelap itu. Karena begitu ketakutan, ia tidak melihat jelas pelaku yang katanya sudah berada di lorong itu ketika perempuan korban ini melintas di jalan pintas tersebut. Hati muslimah ini pun tergerak karena wanita tadi melintasi jalan pintas itu hanya beberapa menit setelah ia melintas di sana.

Dalam berita itu dikabarkan bahwa wanita itu tidak bisa mengidentifikasi pelaku dari kotak kaca (di kantor polisi), dari beberapa orang yang dicurigai. Muslimah ini pun memberanikan diri datang ke kantor polisi, dan memberitahukan bahwa rasanya ia bisa mengenali sosok pelaku pelecehan kepada wanita tersebut, karena ia menggunakan jalan yang sama sesaat sebelum wanita tadi melintas. Melalui kamera rahasia, akhirnya muslimah ini pun bisa menunjuk salah seorang yang diduga sebagai pelaku.

Ia yakin bahwa pelakunya adalah pria yang ada di lorong itu dan mengacuhkannya sambil terus merokok. Melalui interogasi polisi akhirnya orang yang diyakini oleh muslimah tadi mengakui perbuatannya. Tergerak oleh rasa ingin tahu, muslimah ini menemui pelaku tadi dengan didampingi oleh polisi.

Muslimah: “Apa Anda melihat saya? Saya juga melewati jalan itu beberapa menit sebelum wanita yang kau perkosa itu? Mengapa Anda hanya menggangunya tapi tidak mengganggu saya? Mengapa Anda tidak berbuat apa-apa padahal waktu itu saya sendirian..?”

Penjahat: “Tentu saja saya melihatmu malam tadi. Anda berada di sana malam tadi beberapa menit sebelum wanita itu. Saya tidak berani mengganggu Anda. Aku melihat ada dua orang besar di belakang Anda pada waktu itu. Satu di sisi kiri dan satu di sisi kanan Anda…”

Muslimah itu tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Hatinya dipenuhi oleh rasa syukur dan ia terus memuji Allah. Lututnya bergetar saat mendengar penjelasan pelaku kejahatan itu. Ia pun langsung menyudahi interview dan minta diantar oleh polisi untuk keluar dari ruangan.

Semua surat dalam al-Qur*an adalah surat yang agung dan mulia. Demikian juga seluruh ayat yang dikandungnya. Namun, Allah Subhanahu WaTa’ala dengan kehendak dan kebijaksanaan-Nya menjadikan sebagian surat dan ayat lebih agung dari sebagian yang lain.

Syaikh Umar Sulaiman Al Asyqar berkata, “Yang paling baik digunakan untuk melawan jin yang masuk ke dalam tubuh manusia adalah dzikrullah (dzikir kepada Allah) dan bacaan Al-Qur'an. Dan yang paling besar dari itu ialah bacaan ayat kursi, karena sesungguhnya orang yang membacanya akan selalu dijaga oleh penjaga dari Allah, dan ia tidak akan didekati oleh setan sampai Subuh, sebagaimana telah shahih hadits tentang itu”.

[Alamul Jin Wasy Syayathin, hlm. 180, karya Syaikh Umar Sulaiman Al Asyqar, Penerbit Darun Nafais].

Buya Hamka Menyikapi Orang Tua Nabi dan Tahlilan

FAKTA 13: HADIT DHA'IF

Buya Hamka berpendapat sesuai dengan pendapat Ulama Salafi bahwa hadits yang lemah tidak bisa dijadikan dalil atau hujjah. Beliau berkata:

"Kalau sudah dijadikan anjuran kepada orang, tidaklah dapat hadits-hadits dhaif itu dijadikan dalil, atau hadits dhaif tidak boleh jadi hujjah."

Sumber: 1001 Soal Kehidupan, Hal. 369, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016.

FAKTA 14: TAHLILAN DAN YASINAN

Masalah ritual Tahlilan dan Yasinan sudah sejak lama dikritik oleh Buya Hamka. Bagi Buya Hamka yang mengadopsi ajaran Islam yang Murni/Salafiyyah, hal ini jelas tidak ada ajarannya dari Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.  Buya Hamka berkata:

"Pembacaan surah Yasin untuk orang yang telah meninggal pun tidak ada ajaran yang sah dari Nabi. Ajaran yang ada hanyalah anjuran membacakan surah Yasin kepada orang yang hendak meninggal, agar terasa olehnya betapa perpindahan hidup dari alam fana ini ke dalam alam baqa', bahwasanya yang akan menyelamatkan kita di akhirat hanyalah amalan kita semasa hidup. Namun demikian, hadits anjuran membaca surah Yasin bagi orang yang akan meninggal itu pun termasuk hadits dha'if pula, tidak boleh dijadikan hujjah buat amal. Setelah nenek-moyang kita memeluk agama Islam, belumlah hilang sama sekali kepercayaan animisme itu, sehingga berkumpul-kumpullah orang di rumah orang kematian pada hari-hari yang tersebut itu, Sebagai warisan zaman purbakala, cuma diganti mantra-mantra cara lama dengan membaca Al-Qur'an, terutama surah Yasin."

Sumber: 1001 Soal Kehidupan, Hal. 408, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016.

Buya Hamka

FAKTA 15: TIDAK BOLEH FANATIK MAZHAB

Buya Hamka adalah Ulama yang mengikuti Mazhab Syafi'i, namun beliau tidak fanatik kepada mazhab tersebut. Beliau mengajarkan prinsip ajaran Salafi yang berpesan bahwa tidak boleh terpaku dan fanatik hanya pada satu mazhab fikih. Beliau berkata:

"Ahli-ahli Fiqih sendiri selalu mengatakan bahwa ijtihad itu tidaklah yakin kebenarannya, melainkan zhan, artinya boleh ditinjau kembali, "kalau sesuai dengan sumber aslinya (Al-Qur'an dan hadits) boleh diakui terus, dan kalau tidak haruslah segera ditinggalkan dan dibuang." Demikian pesanan dari pelopor-pelopor mujtahid yang terdahulu seperti Imam Malik, Imam Hanafi, Imam Syafi'i, dan Imam Hambali."

Sumber: 1001 Soal Kehidupan, Hal. 222-223, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016.

FAKTA 16: STATUS AYAH DAN IBU NABI

Buya Hamka mengutip pendapat Ulama Salafiyyah yang mengatakan Ayah dan Ibu Nabi meninggal dalam keadaan kafir. Buya Hamka melakukan pembelaan terhadap Ulama Salafiyyah karena banyaknya tuduhan yang beredar bahwa Ulama Salafiyyah tidak mempunyai adab kepada Nabi karena menganggap orang tua Nabi kafir. Buya Hamka berkata:

"Padahal ada hadits Rasulullah saw. sendiri yang dirawikan oleh Muslim dalam shahihnya dari hadits Anas bin Tsabit bahwa seorang laki-laki datang bertanya kepada Rasulullah saw., "Di mana ayahku, ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Di neraka!" Setelah orang yang bertanya itu berdiri hendak pergi, dia dipanggil oleh Rasulullah saw. dan beliau bersabda,"Sesungguhnya bapakku dan bapak engkau di neraka!" (HR. Muslim).

Lalu ditegaskan oleh Imam Nawawi dalam syarahnya, "Di sini jelas bahwa barangsiapa yang meninggal dalam keadaan kafir maka masuk nerakalah dia dan tidaklah bermanfalat baginya karena kerabat (kekeluargaan). Dan di dalam hadits ini pun dapat dipahamkan bahwa orang yang mati dalam zaman fitrah dalam keadaan apa yang dipegang oleh orang Arab, menyembah berhala, dia pun masuk neraka. Dan ini tidaklah patut diambil keberatan yang mengatakan bahwa belum sampai kepada mereka dakwah karena kepada mereka sudahlah sampai dakwah Ibrahim dan Nabi-nabi yang lain. Dan Nabi saw. mengatakan ayahku dan ayahmu dalam neraka, ialah untuk menunjukkan pergaulan yang baik dan pengobat hati yang bertanya karena sama-sama dalam menderita sedih."

Demikian syarah (komentar) Imam Nawawi. "Memohon izin aku kepada Tuhanku hendak memintakan ampun untuk ibu, tetapi tidak diberi izin kepadaku. Lalu aku mohon izin hendak menziarahi kuburnya lalu aku diberi izin." (HR. Muslim). Malahan dalam hadits yang lain diterangkan bahwa beliau sampai menangis di kubur itu dan memberi anjuran umatnya supaya ziarah ke kubur untuk mengingat mati. Maka dengan hadits-hadits yang shahih ini tetaplah ada yang berpegang teguh bahwa ayah dan bunda Nabi itu mati belum dalam Islam, apalagi ayah Nabi Ibrahim. Akan tetapi, golongan ulama-ulama Salaf walaupun yang berpegang teguh pada hadits-hadits yang shahih itu sendiri, tidaklah kurang hormat mereka kepada Rasul dalam hal yang berkenaan dengan ibu bapak dan keluarga beliau, walaupun yang mati belum dalam Islam sebagaimana Abu Thalib.

Sumber: Tafsir Al-Azhar, Jilid 3 Hal. 190-192, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015.

Buya Hamka, Tashawuf Salafi, dan Zikir Tarekat

FAKTA 10: MENGAJARKAN TASHAWWUF ALA SALAFI

Penyimpangan berupa kesyirikan dan bid'ah yang tersebar di kalangan tarekat Sufi membuat gundah hati Buya Hamka. Oleh karenanya, Buya Hamka menulis buku Tasawuf Modern. Mengapa dinamakan Tasawuf? Bukankah hal itu bid'ah? Nah, disinilah letak kecerdikan Buya Hamka. Buya Hamka menamakan bukunya sebagai "buku Tasawuf" agar orang-orang yang mengaku Sufi mau membaca buku karangan beliau.

Isi dari buku tersebut adalah pemurnian kembali ajaran tasawuf dari hal-hal yang berbau bid'ah dalam agama. Jadi, hakikat sebenarnya dari buku tersebut adalah Tasawuf ala Salafi/Ibnu Taimiyyah dan Ibnul Qayyim, yakni merujuk kepada istilah Tazkiyatun Nafs atau penyucian jiwa. Buya Hamka berkata:

Kita banyak mengenal Ibnu Taimiyah karena membaca buku-buku Ibnul Qayyim yang sangat banyak, mengenai berbagai soal. Kedua beliau pun menyukai Tasawuf, tetapi sangat menentang akan paham Ibnu 'Arabi. Karangan Ibnu Taimiyah "At-Tawassul wal Wasillah" menentang sekeras-kerasnya praktek membesar-besarkan kubur yang rupanya sudah sangat merusak kepercayaan sejak Abad ke-7 itu."

Sumber: Perkembangan & Pemurnian Tasawuf, Hal. 265-266, Republika Penerbit, Cet.1, 2016.

"Kita namai "Tasawuf", ialah menuruti maksud tasawuf yang asli, sebagaimana kata Junaid tadi. Yaitu: "Keluar dari budi pekerti yang tercela dan masuk kepada budi pekerti yang terpuji." Dengan tambahan keterangan "Modern". Kita tegakkan kembali maksud semula dari tasawuf, yaitu membersihkan jiwa, mendidik, dan mempertinggi derajat budi; menekankan segala kelobaan dan kerakusan memerangi syahwat yang lebih dari keperluan untuk kesejahteraan diri."

Sumber: Tasawuf Modern: Bahagia itu Dekat dengan Kita; Ada di dalam Diri Kita, Hal. 7-8, Republika Penerbit, Cet.3, 2015.

Zikir Sufi

FAKTA 11: MEMBANTAH TASHAWWUF ALA BID'AH

Selain mengajarkan penyucian jiwa ala Salafi yang dibungkus dengan nama Tasawuf Modern. Buya Hamka membantah keras tarekat sufi yang senang membuat bid'ah dalam agama. Beliau berkata:

"Maka, datanglah ahli-ahli tasawuf membuat berbagai dzikir ciptaan sendiri, yang tidak berasal dari ajaran Allah dan Rasul. Ada dzikir yang hanya membaca Allah saja berkali-kali dengan suara keras-keras, bersorak-sorak sampai payah dan sampai pingsan. Ada dzikir yang huw saja. Karena kata mereka huwa yang berarti Dia, ialah Dia Allah itu sendiri. Kadang-kadang mereka adakan semacam demonstrasi sebagai menentang terhadap orang yang teguh berpegang kepada sunnah. Maka, dzikir-dzikir semacam itu adalah berasal dari luar Islam atau telah menyeleweng sangat jauh dari pangkalan Islam."

SUMBER: Tafsir Al-Azhar, Jilid 3 Hal. 652, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015.

FAKTA 12: IBNU TAIMIYYAH DAN AQIDAH SALAFI

Buya Hamka

Buya Hamka termasuk orang yang mendukung penisbatan kepada Mazhab Salaf. Dalam tafsirnya, Buya Hamka mengutip perkataan Ibnu Taimiyyah:

"Tidak ada cela bagi orang yang menampakkan Madzhab Salaf, menisbahkan diri kepadanya dan membanggakannya, bahkan wajib diterima semua itu darinya dengan kesepakatan ulama. Karena sesungguhnya Madzhab Salaf adalah haq." (Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah, Majmu Fatawa 4/149). "Maka serulah Allah dalam keadaan memurnikan agama kepada-Nya." (pangkal ayat 14). Aqidah (kepercayaan), ibadah (perhambaan dan persembahan), syariah (peraturan dan tata cara) yang dilakukan hendaklah murni, ikhlas kepada Allah."

SUMBER: Tafsir Al-Azhar, Jilid 8 Hal. 87, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015.

Buya Hamka menguraikan berbagai pendapat dari tokoh-tokoh Islam. Akan tetapi Buya Hamka sendiri mengikuti Mazhab Salafi dalam memahami Nama-nama dan Sifat Allah (Tauhid Asma was Shifat) sebagaimana beliau tegaskan pada Mukadimah Tafsir Al Azhar. Di lain kesempatan, Buya Hamka juga menguraikan tuduhan dusta yang dialamatkan kepada Ibnu Taimiyyah. Beliau berkata:

"Madzhab yang dianut oleh penafsir ini adalah Madzhab Salaf, yaitu Madzhab Rasulullah dan sahabat-sahabat beliau serta ulama-ulama yang mengikuti jejak beliau. Dalam hal aqidah dan ibadah, semata-mata taslim, artinya menyerah dengan tidak banyak tanya lagi."

Sumber: Tafsir Al-Azhar, Jilid 1 Hal. 38, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015.

"Di antara ulama mutaakhirin yang keras menganut paham salaf ini adalah Ibnu Taimiyah dan muridnya, Ibnul Qayyim pada zaman terakhir adalah Syekh Muhammad bin Abdul Wahab dan terakhir sekali adalah Sayyid Rasyid Ridha. Ibnu Taimiyah sampai dituduh oleh musuh-musuhnya berpaham "mujassimah" (menyifatkan Allah bertubuh) karena kerasnya mempertahankan paham ini."

Sumber: 1001 Soal Kehidupan, Hal. 34-35, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016.

Buya Hamka, Manhaj Salaf, dan Pembagian Tauhid

Tawasul Syirik

FAKTA 7: MASALAH KULTUS INDIVIDU

Prinsip dakwah salafiyyah yang diadopsi oleh Buya Hamka diantaranya adalah menentang segala macam pemaksuman terhadap orang-orang shalih. Hal ini disebabkan bahwa efek buruk dari pemaksuman/pengkultusan individu tertentu dapat menyebabkan manusia terjerumus dalam perbuatan syirik. Buya Hamka berkata:

"Setengah ulama tafsir menyatakan maksud jibti ialah sihir. Tetapi setelah digali ke dalam rumpun-rumpun bahasanya, bertemulah bahwa segala kepercayaan yang tahayul, dongeng, khurafat, yang tidak dapat diterima oleh akal yang wajar, itulah dia jibti. Thagut berumpun dari kalimat thaagiyah kita artikan kesewenang-wenangan, melampaui batas, terkhusus kepada manusia yang telah lupa atau sengaja keluar dari batasnya sebagai insan, lalu mengambil hak Allah. Atau manusia dianggap Tuhan oleh yang mempercayainya. Segala pemujaan kepada manusia sampai mendudukkannya jadi Tuhan, meskipun tidak diucapkan dengan mulut, tetapi bertemu dengan perbuatan, termasuklah dalam arti thagut. Ada ulama besar yang disegani, akhirnya dipandang keramat, lama-lama diikuti sehingga segala fatwanya wajib dipandang suci seperti firman Allah saja. Maka ulama itu telah menjadi thagut bagi yang mempercayainya. Apatah lagi setelah dia mati, kuburnya pula yang dipuja-puja, diziarahi untuk meminta wasilah, menjadi orang perantara akan menyampaikan keinginan-keinginan kepada Allah, menjadi thagut pulalah dia sesudah matinya.

Atau ada penguasa negeri yang berkuasa besar. Orang takut akan murkanya dan orang menghambakan diri kepadanya. Barangsiapa yang mencoba menyatakan pikiran, bebas menyatakan yang benar, ada bahaya akan dihukum, dipenjarakan, diasingkan, ditahan, dibuang, atau dibunuh. Tetapi barangsiapa yang tunduk, taat setia, sudi mengorbankan kemerdekaan pikiran, dan bersedia takut kepada yang berkuasa, bersedia jadi budak supaya bebas bergerak, bahkan kadang-kadang lebih takut daripada menakuti Allah, penguasa itu pun menjadi thagut.

Kadang-kadang bercampur aduklah di antara jibti dengan thagut, atau berpadu jadi satu. Di Mesir orang mengadakan Maulid Sayyid Badawi tiap-tiap tahun, berkumpul beribu-ribu manusia laki-laki dan perempuan ke kuburan beliau. Sebab beliau dipandang sangat keramat. Gadis tua minta suami ke sana, perempuan mandul minta anak ke sana. Mahasiswa yang takut tidak Iulus ujian pergi menuju ke sana. Di kuburan itu ada pula jibti-nya, yaitu ada serban beliau yang dipandang sangat membawa rezeki jika dapat dipegang.

Di tanah air kita pun banyak terdapat yang demikian. Kalau mau mempelajari campur aduknya jibti dengan thagut pergilah ziarah ke kubur Sunan-sunan (Wali Songo), dan dengarkanlah dongeng-dongeng yang tidak masuk akal, kumpulan jibti dan thagut dari juru kunci. Di dalam ayat ini diterangkanlah betapa sesatnya orang-orang yang telah diberi sebagian dari kitab. Kepercayaan tauhid yang asli telah hilang, di dalam lipatan jibti (kesesatan) dan thagut (menuhankan makhluk).

Kalau ditanyakan, engkau pertuhankan si anu? Niscaya mereka akan menjawab juga, "Tuhan kami Allah!" Tetapi kalau ditanya lagi, mengapa perkataan si anu, fatwa si anu, tafsiran si anu, kamu terima saja dengan tidak mempergunakan akal, padahal kadang-kadang berjauhan sangat dengan firman Allah yang disampaikan Nabi kamu? Mereka tidak dapat memberikan jawaban yang tepat."

Sumber: Tafsir Al-Azhar, Jilid 2 Hal. 322-324, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015.

FAKTA 8: MASALAH KHILAFIYAH

Buya Hamka menegur orang-orang yang menuduhnya sebagai Ulama yang memecah belah. Ada pihak yang tidak suka dengan Buya Hamka disebabkan Buya Hamka bersuara lantang dalam meluruskan kesalahan dan bid'ah-bid'ah yang terdapat ditengah-tengah masyarakat. Beliau berkata:

"Namun, kita pun harus sadar bahwa akan terdapat sebagian besar dari umat itu yang tidak mau kekolotannya disinggung, Tidak mau penyakitnya diobati, karena obat itu pahit. Kita pun harus sadar akan ada golongan yang tersinggung puncak bisul (kedudukan)-nya jika kita membuka soal agama. Kadang, kita akan dituduh sebagai pemecah belah persatuan, dilarang membahas, mengutik-utik masalah khilafiyah. Dengan segala daya upaya kita telah memilih jangan menyinggung, jangan berkhilafiyah. Namun, oleh karena soal khilafiyah itu ternyata sangat relatif maka terkadang jika kita memberantas perbuatan yang tidak berasal dari Islam, kita pun dituduh memecah persatuan. Kalau kita renungkan hari depan Islam di tanah air, kita menjadi ingat bahwa tugas ini tidak boleh berhenti. Dihentikan adalah dosa."

Sumber: Dari Hati Ke Hati, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016.

Haji Abdul Malik Karim Amrullah


FAKTA 9: MANHAJ SALAF DAN PEMBAGIAN TAUHID

Manhaj Salafus Shalih adalah Metode dalam beragama yang benar bagi Buya Hamka. Selain itu, Buya Hamka sempat menyinggung terkait dua dari tiga macam Tauhid, yakni Tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah. Buya berkata:


Tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah

"Ilmu dalam Islam adalah yang ada dasar dan dalilnya, terutama dari dalam Al-Qur'an dan dari As-Sunnah, termasuk juga penafsiran ulama-ulama yang telah mendapat kepercayaan dari umat, yang disebut Salafus Shalihin, serta sesuai dengan akal yang sehat. Kalau tidak ada dasar-dasar yang tersebut itu, bukanlah itu suatu ilmu, melainkan hanya dongeng, khurafat, takhayul, kepercayaan karut yang membawa beku otak orang yang menganutnya atau hanya boleh dipercayai oleh orang yang tidak beres akalnya. Ada juga sebagian orang, mereka tidak mendalami Tauhid, tidak mempunyai aqidah yang teguh, tidak mengenal Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Rububiyah, dan tidak beramal menurut Sunnah Nabi Muhammad saw., lalu mencari seorang guru untuk belajar doa-doa Nabi Muhammad saw., wirid-wirid, ayat ini dan ayat itu. Orang ini tidaklah akan terlepas dari bahaya penyakit batin."

Sumber: 1001 Soal Kehidupan, Hal. 305, 410-411, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016.

Buya Hamka Menentang Keras Bid'ah

FAKTA 4: MENENTANG KERAS BID'AH DALAM AGAMA

Ciri-ciri dakwah Salafi/Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah menentang keras adanya pebuatan mengada-ada, baik menambah, mengurangi, mengubah ajaran agama. Hal ini sangat ditekankan sekali oleh Buya Hamka. Buya Hamka resah melihat fenomena masyarakat yang sibuk dengan amal ibadah yang tidak mempunyai dalil dari Al Qur'an dan As Sunnah. Buya Hamka berkata:

"Sumber agama, sebagai yang diserukan pada ayat ini sudah tegas sekali, yaitu peraturan dari Allah dan Rasul. Di luar itu, bid'ah namanya. Segala perbuatan bid'ah itu nyatalah tidak bersumber dari pengetahuan dan tidak dari petunjuk (hidayah Ilahi). Kalau sudah ditambah karena taqlid maka sifat keadaan agama itu akan berubah sama sekali. Dinamai suatu agama baru dengan nama Islam, padahal ia sudah jauh dari Islam. Di negeri kita ini banyak jahiliyyah ditimbulkan atau dibangkit-bangkitkan oleh penguasa sendiri, dijadikan tradisi yang menyerupai ibadah, dan orang yang menegurnya sebab tidak berasal dari agama, akan balik dimarahi orang. Inilah akibatnya orang tidak senang kalau Syari'at Islam yang berasal dari Allah dan Rasul dijalankan."

Sumber: Tafsir Al-Azhar, Jilid 3 Hal. 55-57, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015.

Bid'ah

FAKTA 5: AYAH BELIAU ADALAH WAHABI

Buya Hamka juga pernah bercerita tentang Ayah beliau, Haji Abdul Karim Amrullah. Buya Hamka mengisahkan tentang hubungan baik yang terjalin antara Ayahnya dengan KH Ahmad Dahlan. Buya Hamka mengatakan bahwa KH Ahmad Dahlan adalah pembaca setia surat kabar Wahabi yang rutin diterbitkan oleh Ayahnya. Buya Hamka berkata:

"Kiai-kiai di Yogya kata K.H.R. Hajid tahu bahawa K.H.A. Dahlan menjadi pembaca setia "Al-Munir", surat kabar kaum Wahabi di Padang. Setelah saya mendengar riwayat hubungan rohani K.H.A. Dahlan dengan Al-Munir, yang terbit pada Tahun 1911 itu dan dengan rasmi Muhammadiyah berdiri pada Tahun 1912, dapatlah saya memahami cerita Ayahku kepadaku yang kerap kali diulang-ulangnya, bahawa ketika beliau di tanah Jawa pada Tahun 1917, dia singgah di Yogya dalam perjalanannya kembali ke Jakarta dari Surabaya.Beliau bercerita bahawa di dadanya ditempelkan huruf-huruf Arab H.A.K.A. (Haa, Ain, Kaaf, Hamzah), sehingga seketika K.H.A. Dahlan datang ke stesen Tugu menjemputnya, segera beliau dapat mengenal Ayahku, sebagai wakil Al-Munir. Beliau di Yogya 3 hari menjadi tamu K.H.A. Dahlan. Kata Ayahku (Haji Abdul Karim Amrullah -red): "Dengan tawaduknya K.H.A. Dahlan meminta izin hendak menyalin karangan-karangan beliau ke dalam bahasa Jawa, untuk diajarkan kepada murid-muridnya." Dan dengan segala rendah hati pula beliau membenarkannya dan menyuruh tambah mana yang kurang."

Sumber: Ayahku, 159-161, PTS Publishing House Malaysia, 2015.

FAKTA 6: BERAGAMA HARUS MENGERTI DALIL

Salah satu wasiat Buya Hamka adalah harusnya setiap Muslim untuk tahu cara agama yang benar. Dakwah Salafiyah menekankan bahwa setiap Muslim harus mempunyai ilmu agar tidak terjebak sikap fanatik golongan dan tradisi nenek moyang. Buya Hamka berkata ketika menafsirkan ayat:

""Dan janganlah engkau menurut saja dalam hal yang tidak ada bagi engkau pengetahuan padanya." (pangkal ayat 36). Ayat ini termasuk sendi budi pekerti Muslim yang hendak menegakkan pribadinya. Kita dilarang Allah menurut saja. "Nurut" menurut bahasa Jawa, dengan tidak menyelidiki sebab dan musabab. Qatadah menafsirkan kelemahan pribadi "Pak Turut" itu demikian,

"Jangan engkau katakan aku lihat, padahal engkau tak melihatnya. Aku dengar, padahal tak pernah engkau dengar. Saya tahu, padahal engkau tak tahu." Di awal ayat ini tersebut wa laa taqfu. Kata-kata taqfu ialah dari mengikuti jejak. Kemana orang pergi, kesana awak pergi. Kemana tujuan orang itu, awak tak tahu.

Di ujung ayat ditegaskan, "Sesungguhnya pendengaran dan penglihatan dan hati, tiap-tiap satu daripadanya itu akan ditanya." (ujung ayat 36). Terang disini bahwa orang yang hanya menuruti saja jejak langkah orang lain, baik nenek moyangnya karena kebiasaan, adat-istiadat dan tradisi yang diterima, atau keputusan dan ta'ashshub pada golongan, membuat orang tidak lagi mempergunakan pertimbangan sendiri. Padahal, dia diberi Allah alat-alat penting agar dia berhubungan sendiri dengan alam yang di kelilingnya. Dia diberi hati, atau akal, atau pikiran untuk menimbang buruk dan baik. Sementara itu, pendengaran dan penglihatan adalah penghubung di antara diri, atau di antara hati sanubari kita dan segala sesuatu untuk diperhatikan dan dipertimbangkan mudarat dan manfaatnya, atau buruk dan baiknya. Dalam hidup beragama amat diperlukan penggunaan pendengaran, penglihatan, dan hati untuk menimbang. Sebab, kadang-kadang dipercampuradukkan orang amalan yang sunnah dengan yang bid'ah. Bahkan, kerap kejadian perkara yang sunnah tertimbun dan yang bid'ah muncul dan lebih masyhur. Maka wajiblah kita beragama dengan berilmu."

Sumber: Tafsir Al-Azhar, Jilid 5 Hal. 288-289, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015.

Buya Hamka dianggap Sesat oleh Mufti Johor

Hamka

FAKTA 17: DITAHDZIR ULAMA ASY'ARIYYAH

Buya Hamka dulu sempat ditahdzir dan dituduh sesat oleh Ulama Asy'ariyyah dari Negeri Johor, Malaysia yang bernama Habib Alwi bin Thahir bin Abdullah Al-Haddad. Habib Alwi bin Thahir menganggap bahwa Buya Hamka adalah orang yang berbahaya karena terindikasi mengajarkan pemahaman salaf yang beliau sebut sebagai Wahabi. Hal ini seperti yang ditegaskan oleh Buya, Beliau berkata:

"Mufti Johor telah mengenal saya sebagai Kaum Muda dan Wahabi dari Indonesia."

Sumber: Dari Hati Ke Hati, Hal. 70, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016.

Karena hal tersebut, Buya Hamka dilarang berceramah di Johor. Mufti Johor yang menganggap sesat pemahaman Salafiyyah, memerintahkan kepada seluruh qadhi dalam Kerajaan Johor untuk menutup pintu seluruh masjid di Kerajaan Johor buat Hamka mengadakan ‘syarahan’ (tabligh). Atas kejadian tersebut, Buya Hamka mengarang buku yang berjudul "Teguran Suci Dan Jujur Terhadap Mufti Johor" yang berhasil mematahkan hujjah dan tuduhan terhadap dirinya dan juga sahabatnya, Syaikh Ahmad Hassan. Cuplikan dari buku tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah. Gambar tersebut bersumber dari Ustadz Badrusalam, Ustadz Sunnah terkenal di Indonesia.

Sampai sekarangpun, Kerajaan Johor masih melarang masuknya Ustadz Sunnah/Salafi kedalam wilayah Johor, contonya Ustadz Hussain Yee, Ustadz Rasul Dahri, dll. Wallahu A'lam.

Itulah 17 fakta mencengangkan tentang Buya Haji Abdul Malik Amrullah rahimahullah. Jika anda ingin membaca Fakta 1 tentang Buya Hamka atau ada poin-poin fakta yang terlewatkan, silakan klik link dibawah ini untuk membacanya dari awal.

Ustadz Abdullah Roy adalah Alumni Al Furqon Gresik

Sebelum menuntut ilmu ke kota Nabi, Ustadz Abdullah Roy menuntut ilmu di salah satu pesantren sunnah di kota Gresik. Pesantren tersebut adalah pesantren/Ma’had Al-Furqon Al Islami.

FAKTA 3: PESANTREN

Tempat Ustadz Abdullah Roy menimba ilmu sebelum berangkat ke Madinah

Ustadz Abdullah Roy merupakan alumni dari Pondok Pesantren Al Furqon. Dimana pesantren ini didirikan oleh Ustadz Sunnah senior yang bernama Aunur Rofiq Ghufron. Pesantren ini berdiri pertama kali di atas tanah di desa Srowo, kecamatan Sidayu, Kabupaten Gresik Jatim yang merupakan hibah dari orang tua pengasuh seluas 850 m2. Berdiri bangunan pertama seluas 7 x 18m2 Dibangun dengan dana dari pengasuh dan sumbangan dari masyarakat dan jama'ah pengajian yang diasuh oleh Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc yang beliau adalah salah satu alumni Universitas Muhammad bin Su’ud Riyadh KSA tahun 1982.

Sepulang dari Arab Saudi, Ustadz Aunur Rofiq pada awalnya aktif mengajar dan berdakwah di daerah Kediri, Jawa Timur. Namun pada sekitar awal tahun 1989, beliau terpanggil untuk menyebarkan ilmu yang didapatnya di tanah kelahirannya sendiri di Desa Srowo, Kec. Sidayu, Kab. Gresik, Jawa Timur. Pada tanggal 13 Juli 1989 atau 10 Dzulhijah 1409 H diadakan pertemuan di gedung pondok pesantren antara pendiri ponpes dan para pemuka masyarakat Desa Srowo, Kec. Sidayu, Gresik yang membahas pendidikan dan status Pondok Pesantren. Maka disetujui bersama pembentukan Madrasah Diniyah al-Furqon sebagai cikal bakal PP. Al Furqon.

Apa Sebenarnya HSI Abdullah Roy?

Banyak orang yang beramai-ramai untuk mendaftarkan dirinya menjadi anggota HSI. Tapi, tahukah anda fakta dibalik HSI Abdullah Roy? Serta apa kepanjangan dari HSI itu sendiri? Mari kita simak penjelasan berikut ini.

FAKTA 2: HSI

HSI Abdullah Roy merupakan singkatan dari Halaqah Silsilah Ilmiyah Abdullah Roy. HSI Abdullah Roy adalah salah satu Program Belajar Aqidah Islam melalui group di Whatsapp yang diasuh dan dibimbing oleh Ustadz Abdullah Roy, MA. Sistem pembelajaran dari Halaqah Silsilah Ilmiyah Abdullah Roy yakni materi pelajaran dari Halaqah Silsilah Ilmiyyah akan disampaikan antara pukul 06.00 - 09.00 WIB setiap harinya oleh Admin Grup HSI yang telah ditunjuk oleh Ustadz Abdullah Roy, MA. Kemudian, Admin Group yang telah ditunjuk, yang nantinya akan memposting Audio pelajaran Halaqah Silsilah Ilmiyyah. Setelah disampaikan setiap 5 Halaqah, akan ada evaluasi untuk membantu muroja'ah dan membantu memahami materi.

Contoh ijazah yang diterima peserta HSI Abdullah Roy yang meraih nilai terbaik

Pada akhir silsilah akan diadakan ujian akhir untuk mengetahui sejauh mana peserta memahami materi yang telah disampaikan. Bagi peserta yang lulus ujian akan diberikan syahadah atau ijazah resmi oleh Ustadz Abdullah Roy, MA sebagai tanda partisipasi telah mengikuti program HSI Abdullah Roy. Saat ini, HSI Abdullah Roy sudah mencapai angkatan ke-172 sejak berdiri pada 10 September 2013.

Siapa Sebenarnya Ustadz Abdullah Roy?

Menyibak hakikat sebenarnya dari Ustadz HSI Abdullah Roy. Semua fakta yang ada disini yang banyak tidak diketahui oleh masyarakat Indonesia.

FAKTA 1: NAMA ASLI DAN PENDIDIKAN

HSI Abdullah Roy

Banyak orang yang mengira bahwa Abdullah Roy merupakan nama lahir dari beliau. Perlu diketahui bahwa nama sebenarnya dari Ustadz Dr. Abdullah Roy adalah Roy Grafika Penataran. Beliau lahir di Bantul pada tahun 1980. Beliau beralamat di Pontianak, Kalbar. Seoran Ayah dari 5 anak (Maryam, Yahya, Imran, Zakariya,dan Isa).

Pendidikan yang telah dijalani oleh beliau yakni Taman Kanak-kanan ABA Busuran (1986), SD Kretek 1 (1992), SMP 1 Bantul (1995), SMA 1 Yogyakarta (1998), PP. Al Furqan Gresik (2000), Universitas Islam Madinah, S1 Fakultas Hadits (2005), S2 Fakultas Dakwah Jurusan Aqidah Universitas Islam Madinah, KSA (2010), S3 Jurusan Aqidah, Fakultas Dakwah dan Ushuluddin Universitas Islam Madinah, KSA (2017).

Bantahan Ustadz Abdullah Roy terhadap LDII

Ustadz Abdullah Roy yang merupakan pengajar resmi asal Indonesia di Masjid Nabawi mempunyai kritikan ilmiah terhadap salah satu kelompok yakni LDII.

FAKTA 4: MEMBANTAH LDII

Suasana pasca sidang doktoral Ustadz Abdullah Roy

Kritikan ilmiah dari Ustadz Dr. Abdullah Roy terhadap penyimpangan yang dilakukan oleh LDII atau Islam Jamaah ini ditulis dalam bentuk disertasi. Disertasi tersebut berjudul berjudul “Firqoh Islam Jama’ah ‘Ardhun wa Naqdun” dimana disertasi ini berhasil ia pertahankan pada sidang yang berlangsung pagi ini 25 Mei 2017, di Auditorium Munaqosyah Fakultas Dakwah dan Ushuluddin, Universitas Islam Madinah.

Disertasi tersebut diuji oleh dewan penguji yang terdiri dari :

1. Prof. Dr. Abdul Qadir bin Muhammad ‘Atha Shufi (Dosen Pembimbing).
2. Dr. Fahd bin ‘Isa Al-‘Anazy (Dosen Penguji dari dalam kampus).
3. Dr. Abdullah bin Abdirrahman Al-Maiman (Dosen Penguji dari luar kampus).

Di penghujung sidang, dewan penguji memutuskan bahwa Ustadz Abdullah Roy berhak menyandang gelar Doktor dalam bidang ilmu Aqidah dengan predikat mumtaz/cum laude.

Sebelumnya, Ustadz Abdullah Roy juga pernah menyampaikan nasihatnya kepada LDII dalam salah satu ceramah. Berikut ini videonya:


Itulah 4 fakta tentang Ustadz Abdullah Roy. Jika anda ingin membaca Fakta 1 tentang Ustadz Abdullah Roy atau ada poin-poin fakta yang terlewatkan, silakan klik link dibawah ini untuk membacanya dari awal.

Ustadz Khalid dan Jamaah Amerika Serikat

Kepopuleran dakwah Ustadz Khalid tidak hanya menjangkau rakyat Indonesia saja, akan tetapi juga menjangkau umat Islam yang berada di negeri Amerika.

FAKTA 10: JAMAAH


Salah seorang jamaah Ustadz Khalid yang tinggal di Amerika Serikat adalah Mas Dirhamsyah. Mas Dirhamsyah ini seorang yang dibesarkan oleh orang tua yang mempunyai perbedaan keyakinan. Beliau mengenal Ustadz Khalid melalui video yang diunggah di Internet. Video tersebut mendorongnya untuk hijrah menjadi pribadi Muslim yang lebih baik. Perjalanan hijrahnya semakin mantab ketika beliau mendapat kesempatan bertemu Ustadz Khalid di Los Angeles, Amerika Serikat. Pengalaman hijrah dari Mas Dirhamsyah, dapat ditonton pada video dibawah ini.


Itulah 10 fakta mencengangkan tentang Ustadz Khalid Basalamah. Jika anda ingin membaca Fakta 1 tentang Ustadz Khalid atau ada poin-poin fakta yang terlewatkan, silakan klik link dibawah ini untuk membacanya dari awal.

Ayat Kursi MP3 - Murottal Ayat Kursi Merdu dan Terlengkap

http://www.ayat-kursi.com

Murattal Ayat Kursi Merdu dan Terlengkap ini kami sajikan dengan banyak qari yang bisa anda dengarkan. Semoga dengan mempelajari ayat suci Al Qur'an dapat menambah keimanan kita kepada Allah Tabaraka wa ta'ala. Silakan di klik pada tulisan Download untuk menyimpannya dalam komputer/gadget anda.

Sekedar informasi, jika anda kebingungan tentang bagaimana cara mendownloadnya, silakan klik : Panduan Download dari Safelink, di halaman tersebut sudah kami jelaskan tentang caranya. Lalu, jika anda ingin murottal Ruqyah untuk pengobatan bisa di unduh di Ayat Ruqyah MP3.

QARI' LINK
Abdul Basit 'Abdus-Samad
Abdullah Ali Jaabir
Abdullah Basfar
Abdullah Matroud
Abdurrahman As Sudais
Abu Bakar As Shatri
Ahmad bin Ali Al Ajmi
Ahmed Naina
Akram Al Alaqimy
Ali Abdurrahman Al Hudzaify
Ali Hajjaj As Suwaisy
Aziz Alili
Cat Stevens/Yusuf Islam
Fares Abbad
Fatih Seferagic
Hani Ar Rifai
Khalifa Al Tunaiji
Maher bin Hamad Al Mueaqly
Mahmoud Khalil Al Hussary
Mishari Rashid Al 'Afasy
Mohammad Al Tablaway
Muflih Safitra
Muhammad Abdul Kareem
Muhammad Ayyub
Muhammad Jibreel
Muhammad Siddiq Al Minshawi
Muhammad Thaha Al Junayd
Mustafa Ismail
Muzammil Hasballah
Nasser Al Qatami
Saad Al Ghamdi
Sahl Yassin
Salah Abdurrahman Al Bukhatir
Salah Bin Muhammad Al Budair
Saud Ash Shuraim
Yasser Al Dossari
Yasser Salamah
Ziyad Patel