Banyak orang yang belum mengetahui tentang hal ini, namun disini kami membongkar habis 17 fakta yang jarang diungkap tentang apakah benar Buya Hamka adalah seorang Wahabi. Kami mencoba mengutip langsung dari perkataan Buya Hamka sendiri sehingga dijamin keasliannya. Sumber-sumber kutipan tersebut berasal dari buku-buku yang telah dikarang oleh beliau. Anda dapat merujuk sendiri tulisan tersebut berdasarkan judul buku karangan Buya Hamka yang penulis cantumkan dibawah.
Sebenarnya tidak ada yang salah tentang dakwah wahabi, karena pada hakikatnya dakwah wahabi adalah dakwah salafiyyah, yang mengajarkan aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah yang murni. Namun, yang menjadi masalah adalah stigma sesat yang dilekatkan pada Wahabi itu sendiri. Oleh karenanya Hamka sendiri bangga apabila dakwah beliau dianggap sebagai dakwah wahabi dalam arti memurnikan tauhid seperti Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah. Berikut ini adalah bukti dan faktanya:
FAKTA 1: MENDUKUNG WAHABI
Buya Hamka sangat tegas mendukung dakwah salafiyyah yang ketika itu sering disebut sebagai Wahabi. Hal ini nampak jelas pada perkataan beliau pada salah satu bukunya bahwa:
"Wahabi ialah meneguhkan kembali ajaran Tauhid yang murni, menghapuskan segala sesuatu yang akan membawa kepada syirik. Sebab itu timbullah perasaan tidak ada tempat takut melainkan Allah SWT. Wahabi adalah menantang keras kepada Jumud, yaitu memahami agama dengan beku. Orang harus kembali kepada Al-Qur'an dan al-Hadits."
Sumber: Dari Perbendaharaan Lama: Menyingkap Sejarah Islam di Nusantara, Hal. 213-216, Penerbit Gema Insani, Cet.1, Agustus 2017.
FAKTA 2: MASALAH TAWASUL DI KUBURAN
Buya Hamka dikenal sangat tegas dalam masalah aqidah. Beliau terang-terangan membantah orang yang mengerjakan kesyirikan di kuburan karena perbuatan tersebut jelas-jelas menyelisihi Aqidah Salafiyyah/Ahlus Sunnah wal Jamaah yang melarang tawasul syirik. Buya Hamka berkata:
"Yang lebih disayangkan lagi ialah kesalahan penilaian mereka tentang arti wali Allah. Mereka pergi ke kuburan orang yang mereka anggap di masa hidupnya jadi wali, lalu dia memohon apa-apa di situ. Padahal ayat-ayat itu menyuruh orang bertauhid, mereka lakukan sebaliknya, jadi musyrik. Kalau ditegur dia marah, hingga mau dia menyerang orang yang menegurnya itu, seperti tersebut pada ayat 72 di atas tadi."
Sumber: Tafsir Al-Azhar, Jilid 6 Hal. 153-156, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015.
FAKTA 3: MEMUJI SYAIKH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB
Buya Hamka sangat mencintai Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah Ulama Salafiyyah/Ahlus Sunnah yang selalu menjadi inspirasi Buya Hamka dalam berdakwah. Ketika mengisahkan sejarah hijaz beliau menyinggung tentang Syaikh, Buya Hamka berkata:
"Sejak munculnya cahaya Islam 1000 tahun sebelumnya boleh dikatakan bahwa di tanah Arab sendiri sedikit sekali Islam meninggalkan jejak. Kebesaran Islam telah dikecap nikmatnya oleh negeri-negeri dan umat lain. Damsyik dan Baghdad telah merasakan nikmat itu. Pahlawan-pahlawan Islam yang banyak telah berpindah dibawa kewajiban suci mengembangkan Islam ke negeri-negeri yang baru dibuka, seperti Mesir, Syam, Kufah, Basrah, Wasith. Bahkan, ada sahabat yang wafat di Qairuan, Afrika, dan ada yang berkubur di Konstantinopel. Oleh sebab itu, Tanah Arab menjadi sepi lahir dan batin. Pemikiran-pemikiran besar tidak tumbuh lagi di sana. Hanya Kota Mekah dan Madinah yang masih dapat memelihara kebesarannya karena di sana tempat beribadah. Adapun negeri-negeri yang lain kian lama kian muram. Kehidupan tidak ada perubahan (statis). Kemajuan ilmu pengetahuan tidak ada sama sekali.
Orang-orang telah amat jauh dari hakikat ajaran Islam. Mereka menjadi penyembah kuburan, penyembah keramat dan budak azimat serta tangkal. Dari empat Imam madzhab besar, hanya seorang yang muncul di Madinah, yaitu Imam Malik ibnu Anas. Demikianlah halnya yang terjadi selama 1000 Tahun, barulah muncul cahaya baru di tengah-tengah padang pasir itu pada Tahun 1116 H (1704 M), yaitu 12 Abad setelah tiadanya Nabi saw. Dengan lahirnya Syekh Muhammad ibnu abdul Wahab, guru besar ajaran Wahabi yang masyhur.
"Kembali pada ajaran Rasul saw. yang asli", adalah dasar pengajarannya. Tauhid yang khalis, yang tidak bercampur dengan syirik sedikit juga ke sanalah semua umat harus pulang agar selamat dunia dan akhirat. Perbaharui kembali keimanan dan bangkitkan semangat baru adalah sari ajaran Muhammad ibnu Abdul Wahab. Ajaran ini muncul setelah ia mengembara terlebih dahulu keluar dari negerinya, belajar agama di Kota Damsyik, dan sangat dipegangnya ajaran Ibnu Taimiyyah, murid dari Ibnu Qayim, Ibnu Rajab dan lain-lain. Semua adalah ulama-ulama Madzhab Hanbali."
Sumber: Sejarah Umat Islam, Hal. 288-292, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016.
Lihat fakta menarik selanjutnya dengan klik link dibawah ini.